• Catatan Rifqi Azis
  • Catatan Rifqi Azis
  • Catatan Rifqi Azis
  • Catatan Rifqi Azis
  • Catatan Rifqi Azis
  • Catatan Rifqi Azis
  • Catatan Rifqi Azis

Suriata Nishahoky : ANALISIS NILAI-NILAI PADA UPACARA KARIA DAN KONTRIBUSINYA DALAM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Wednesday, January 4, 2017 Label: ,
Suriata Nishahoky
Universitas Borneo Kalimantan Utara

Budaya atau yang dikenal dengan kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekertta yaitu kata  buddhayah.Kata  buddhayah  adalah bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti sebagai hal yang berkaitan dengan budi atau akal manusia.
Sedangkan dalam bahasa Inggris,  kebudayaan disebut dengan  culture, kata  culture sendiri berasal dari kata latincolere  yang berarti pemeliharaan, mengelola dan penggarapan tanah menjadi tanah pertanian (Mulyadi, 1999: 20).
Salah satu tradisi yang diwariskan yaitu upacara karia yang berasal dari Propinsi Sulawesi Tenggara.  Budaya karia sendiri merupakan tradisi pingitan bagi anak perempuan yang berasal dari etnis Muna. Dalam adat suku Muna, setiap anak
perempuan yang akan memasuki usia remaja diwajibkan untuk menjalani tradisi pingitan (Karia) selama empat hari empat malam, dua hari dua malam, atau sehari  semalam tergantung kesepakatan antara penyelenggara karia dengan tetua adat (pomantoto), atau disesuaikan dengan tingkat sosial atau kasta dalam masyarakat Muna.
Menjadi tanggung jawab  bagi setiap orang tua di Muna untuk mendidik anak perempuan mereka dengan pengetahuan dasar sebelum memasuki masa dewasa dan kehidupan berumah tangga.Seperti dalam sebuah ungkapan filosofi orang tua Muna kadekiho polambu, ane paeho omandehao kofatawalahae  ghabu‖ yang berarti jangan engkau menikah, sebelum engkau memahami empat penjuru/sisi dapur.Ungkapan ini memberikan penegasan betapa pentingnya memberikan pengetahuan dasar sebagai bekal anak sebelum menjadi perempuan dewasa yang siap berumah tangga.
Bimbingan yang diberikan dalam budaya karia memiliki tujuan yang sejalan dengan bimbingan dan konseling yaitu agar peserta didik dapat memahami diri termasuk potensi dan tugas perkembangannya, mampu memahami lingkungan, mengarahkan diri dan menyesuaikan diri terhadap norma yang berlaku dalam lembaga pendidikan, keluarga, dan masyarakat.
Secara umum sasaran dari bimbingan dan konseling adalah mengembangkan apa yang terdapat pada diri tiap-tiap individu secara optimal agar setiap individu bisa berguna bagi dirinya sendiri, lingkungannya, dan masyarakat pada umumnya. Secara lebih khusus sasaran pembinaan pribadi melalui layanan bimbingan dan konseling mencakup tahapan-tahapan pengembangan kemampuan-kemampuan: (1) pengungkapan, pengenalan, dan penerimaan diri, (2)  pengenalan lingkungan, (3)
pengambilan keputusan, (4) pengarahan diri, dan (5) perwujudan diri (Sukardi dan Kusmawati, 2008: 9).
Upacara karia sebagai salah satu wujud jati diri budaya masyarakat Muna memiliki peran penting dan relevan dengan upaya  pembentukan karakter. Nilai-nilai upacara karia mengandung proses bimbingan bagi kaum perempuan dalam hal pembinaan watak, karakter, dan pemahaman diri. Secara umum tujuan pelaksanaan upacarakaria  sejalan dengan sasaran bimbingan dan konseling yaitu untuk  mengenal,
memahami dan mengembangkan diri tiap individu secara optimal sehingga mampu bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat, dan lingkungannya.Selain itu, saat ini masih kurang penelitian yang mengkaji tentang kebudayaan yang dikaitkan dengan  bimbingan dan konseling di daerah Muna.Penelitian ini menjadi cukup penting untuk memperkenalkan budaya serta membantu mengembangkan layanan bimbingan dan konseling yang berbasis budaya.Untuk itu, sangat penting melakukan  analisis  nilai-nilai yang terdapat pada upacarakaria  yang dijalankan oleh masyarakat Muna dan selanjutnya mengkaji lebih mendalam kontribusinilai-nilai upacara karia tersebut  dalam
layanan bimbingan dan konseling

 
Konselor Profesional © 2010 | Designed by Blogger Hacks | Blogger Template by ColorizeTemplates | Brought to you by Cyber Template