KONSELING KARIER : TANTANGAN DAN PROSPEK
Wednesday, October 9, 2013
Label:
BK Karier,
Kajian Ilmiah
Implisit
dalam sejarah dan definisi konseling karier, ada penekanan dan ketegangan yang
berujung pada munculnya pertanyaan atas aplikasi dan kelangsungan dari model
dan metode-metodenya. Berawal dari tradisi Trait and Factor, hal yang paling
popular adalah gambaran mengenai “tiga wawancara dan redupnya debu” (Crites,
1978). Seringkali diaplikasikan dalam pusat konseling dan kantor-kantor
pekerja, vitalitas dan validitas pendekatan ini untuk konseling karier,
sebagaimana yang secara orisinal diformulasikan oleh psikolog kejuruan
Minessota, semakin lama semakin menghilang. Sama dengan hal itu, antusiasme
konselor karier client centered mulai mengalami penurunan dan
mendapatkan penolakan dengan adanya komentar bahwa klien yang datang pada
konseling karier baru dapat menemukan mereka sendiri dalam konseling personal.
Dengan jelas, secara filosofis, konselor karier tidak mendapatkan sumbangan
dari penggunaan siklikal metode direktif dan non direktif atau gabungan antara
keduanya, yang mana meletakkan konseli pada kontak dengan satu orang konselor
untuk mewawancarai mereka dan dengan konselor yang lain untuk memberikan mereka
informasi. Sebagai hasilnya, konseling karier pada tahun 1960an mengalami
kejatuhan. Sebagian, di akhir tahun dalam decade tersebut, Zeitgeist disebut-sebut
sebagai penyebabnya, bukan masa depan kejuruan. Karier seseorang ditentukan
oleh keprihatinan seseorang akan orang lain dan masyarakat.
Konsekuensinya
bisa dikatakan cukup buruk : Staf pusat konseling, misalnya saja di perguruan
tinggi, dan di sekolah serta di masyarakat, menjadi sangat bertaut dengan
aktivitas konseling yang dilandaskan pada hubungan interpersonal,
penyalahgunaan obat, kehidupan umum, partisipasi kelompok, kontak dengan outreach,
minoritas, dsb. Sebagai akibatnya, pemerintah menelantarkan karier staf
konseling selama akhir 1960an sampai awal 1970an, hingga terjadinya dua
peristiwa : kebangkitan perempuan dan pergolakan ekonomi. Perempuan mulai
merealisasikan bahwa penting untuk memperhatikan penempatan yang tepat dalam
dunia kerja, bukan hanya untuk menuntut kesetaraan dengan laki-laki, namun juga
untuk memperoleh peningkatan kepercayaan diri dan kecukupan diri. Selain karena
kebangkitan perempuan, konseling karier kembali meningkat karena adanya
pergolakan ekonomi. Terbukti dari adanya survey pada SMP, SMA, dan Perguruan
Tinggi yang menyatakan bahwa pilihan utama mereka adalah melakukan konseling
karier.
Secara
bertentangan, pembelajaran pada staf konseling pusat menyatakan bahwa layanan
mereka disesuaikan dengan apa yang klien inginkan. Konselor menginginkan terapi
sementara siswa menginginkan konseling karier. Schneider dan Gelso (1972) juga
menemukan survey pada program pelatihan konseling yang merupakan program
persiapan pelaksanaan konseling personal menunjukkan bahwa mereka lebih kuat
daripada psikologi kejuruan maupun konseling karier. Masalahnya, oleh karena
itu, bagaimana caranya menyediakan layanan konseling yang diinginkan oleh
konseli, yang juga ditawarkan oleh konselor. Salah satu solusinya, yang akan
mampu mendekatkan konseling personal dengan konseling karier adalah dengan
menunjukkan bahwa konseling karier tidak hanya memfasilitasi perkembangan
karier (pilihan dan penyesuaian), tetapi juga mempertinggi penyesuaian pribadi.
Tema pusat dari teks ini adalah tentang konseling karier komprehensif, sintesis
model dan metode konseling karier, serta gabungan teori konseling dan
psikoterapi. Hal ini didasarkan pada lima proposisi sebagai berikut.
1.
Kebutuhan
akan konseling karier lebih besar daripada psikoterapi
Konseling
karier komprehensif berhubungan dengan dua hal secara langsung, dunia dalam dan
dunia luar, mengingat peikoterapi hanya menekankan pada dunia dalam klien.
Hasil dari studi menyimpulkan bahwa : Klien menginginkan orientasi karier pada
awalnya untuk kemudian mengarah pada perubahan pribadi.
2.
Konseling
karier dapat menjadi proses terapeutik
Tidak
hanya ditemukan dalam psikologi kejuruan bahwa ada hubungan yang positif antara
penyesuaian karier dan penyesuaian personal, tetapi di sini juga terdapat
akumulasi yang dapat meningkatkan penyesuaian karier yang secara langsung
berhubungan dengan penyesuaian diri. Studi Williams (1962) menyatakan bahwa
pendekatan konseling karier tradisional memiliki kecenderungan untuk membantu
penyesuaian personal.
3.
Konseling
karier sebaiknya mengikuti psikoterapi
Terdapat
campur tangan yang kuat sebagaimana yang digambarkan oleh penelitian (Crites,
1964), untuk mendukung konseling karier sebagai salah satu komponen tambahan
dari psikoterapi. Secara ideal, psikoterapis harus pandai dan cakap dalam
konseling karier, setidaknya sama dengan ketika mereka menjalankan peranan
dalam psikoterapis, setidaknya, mereka memiliki kesadaran akan pentingnya
hubungan antara psikoterapi dan konseling karier.
4.
Konseling
karier lebih efektif daripada psikoterapi
Proposisi
ini merupakan proposisi yang bersifat kontroversial. Kesuksesan konseling
karier menurut studi adalah 25 persen lebih besar daripada psikoterapi.
Perbandingan ini dilakukan pada treatment yang diberikan. Perbandingan
ini tidak dilakukan begitu saja dengan membandingkan konseling karier dengan
psikoterapi. Namun, keefektifan konseling karier dinilai lebih tinggi daripada
psikoterapi.
5.
Konseling
karier lebih sulit daripada psikoterapi
Menggunakan pendekatan
yang komprehensif pada konseling karier, yang mana digambarkan pada prinsip dan
prosedur dari pendekatan-pendekatan yang lain, konselor karier seharusnya
menjadi ahli tidak hanya dalam psikoterapi tetapi juga dalam metode dan model
konseling karier. Konseling karier memperhatikan dunia dalam dan luar klien.
Sedangkan psikoterapis tidak perlu tahu tentang dunia kerja untuk membantu
klien menyelesaikan permasalahan personal atau sosial. Di sisi lain, konselor
karier harus memahami hal ini untuk kemudian menggabungkan keduanya untuk
membantu konseli. Dengan demikian, konselor karier dapat menjadi keduanya, baik
konselor karier maupun psikoterapis.
Sumber : Crites,
O. J. 1981. Career Counselig: Model,
Methods, and Materials. McGraw-Hill,
Inc.
About Author
Write anything about you here!